Rabu, 13 Oktober 2010

KELAKUAN BANI ISRAEL

Bani Israel adalah kisah yang paling banyak dicantumkan di dalam Al-Qur’an. Tidak ada golongan-golongan lain, yang banyak di sebut di dalam Al-Qur’an, kecuali Bani Israel. Mengapa demikian? Agar seluruh umat manusia, khususnya orang-orang Mukmin dan Muslim, kiranya dapat mengambil ibrah (pelajaran), yang berharga bagi kehidupan mereka.




Bani Israel adalah umat pertama yang menghadapi dakwah Islamiyah dengan permusuhan, tipu muslihat, dan peperangan di Madinah dan seluruh jazirah Arab. Sekarang, bukan hanya di semenanjung Arab, tetapi di seluruh pelosok bumi, di mana ada orang keturunan Bani Israel dan Mukmin, pasti akan terjadi peperangan.



Mereka ini memerangi orang-orang Mukmin sejak hari pertama. Mereka membuat permusuhan yang sangat keras terhadap orang-orang Mukmin. Sampai hari ini. Inilah sebuah realitas. Perang antara para pengikut dan penyembah Allah Azza Wa Jalla melawan kaum Bani Israel dengan seluruh keturunannya.



Mereka yang menumbuh-suburkan kemunafikan dan orang-orang munafik. Jiwa-jiwa nifaq yang berkembang biak dikalangan umat ini merupakan buah karya yang paling agung dari kalangan Bani Israel. Kelompok yang paling berbahaya dan destruktif dalam kehidupan ini, tak lain adalah orang-orang munafik. Pertama kali tumbuh dan lahir golongan munafik adalah di Madinah.



Kaum Bani Israel membantu orang-orang munafik dengan berbagai sarana tipu daya terhadap aqidah kaum Mukmin secara bersama-sama. Mereka tak pernah henti melakukan tipu daya dan permusuhan terhadap orang-orang Mukmin. Sehingga, sering terjadinya kehancuran perpecahan dikalangan orang-orang Mukmin, tak lain berasal dari kaum munafik.



Bani Israel membantu orang-orang munafik dan memprovokasi orang-orang musyrik, memberikan janji-janji kepada mereka, dan berkonspirasi dengan mereka untuk memusuhi orang-orang Mukmin. Ini terjadi sepanjang sejarah kehidupan. Tidak akan pernah berhentik persekongkolan jahat mereka, ketika mereka menghadapi kaum Mukminin. Inilah karakter dasar Bani Israel.



Mereka yang menggerakan perang, rumor, fitnah, intrik, tipu muslihat, dan kekacauan di tengah barisan kaum mukminin. Mereka yang mencekoki orang-orang Mukmin dengan kehidupan materialisme yang menggantikan aqidah dan iman kaum Mukminin. Mereka menjerumuskan orang-orang Mukmin dengan cara-cara yang sangat rendah, terutama yang menjadi kecenderungan fitrah nafsu manusia. Segala kenikmatan dunia dan prenik-prenik yang seakan nampak indah itu, kemudian menjadi alat yang ampuh menggeroroti iman dan aqidah orang-orang Mukmin, yang lemah komitmennya.



Kemudian, tak jarang dan sedikit pula kaum Mukminin, yang sudah menanggalkan aqidah adan iman mereka, lalu bersedia menjadi budak dan kaki tangan Bani Israel untuk menghancurkan Islam dan barisan Islam. Mereka juga menyebarkan subhat, keragu-raguan, penyimpangan-penyimpangan seputar aqidah dan para pemimpin. Semua mereka lakukan dengan sembunyi-sembunyi, sebelum mereka melakukan perang terbuka dan terang-terangan.



Orang-orang munafik yang sudah menjadi bagian dan alat Bani Israel, sangat pandai mereka menyembunyikan identas dan karakter mereka, dan mereka menelusup ke barisan kaum Mukminin, dan mengadu domba, dan membius kaum Mukminin dengan iming-iming harta, jabatan, kekuasaan, dan bahkan wanita. Banyak diantara kaum Mukminin yang tergoda, kemudian mengikuti kehendak dan ajakan Bani Israel, dan mengekor kepada mereka.



Kaum Mukminin harus tahu sejarah mereka, dan siapa yang menjadi musuhnya? Bagaimana karakter mereka? Dan apa hakikat perang yang mereka masuki melawan Bani Israel. “Sesungguhnya Allah tahu bahwa Bani Israel akan menjadi musuh-musuh petunjuk Allah di sepanjang kehidupan".



Golongan Bani Israel inilah yang paling keras menolak petunjuk Allah Rabbul Alamin. Golongan Bani Israel ini yang paling istiqomah menolak beriman dan tunduk kepada Allah. Dengan ajaran Islam yang dibawah Rasul Shallahu alaihi wa sallam, yang akan mengetuk karat-karat hati mereka, dan karena itu mereka menolaknya dengan keras.



Tidak mungkin mengharapkan kaum Bani Israel akan dapat beriman dan mau menerima kebenaran Islam. Karena mereka sejak awal dakwah ini telah melakukan permusuhan yang sangat keras.



Kaum Bani Israel ini, di mana satu sama lainnya bekerjasama dalam hal kebathilan. Mereka tidak mau saling ingat-mengingatkan. Membiarkan rahib-rahib mereka memakan harta dengan cara yang bathil. Para rahib mereka mengharamkan yang dihalalkan oleh Allah, dan sebaliknya mereka menghalalkan yang diharamkan oleh Allah. Inilah mula pertama kehancuran. Mereka menuhankan rahib-rahib mereka, sekalipun para rahib mereka telah berbuat kebathilan dan kesesatan.



Orang-orang Yahudi-Bani Israel menjadikan “Uzayr itu putra Allah’, dan demikian pula kaum musyrik Nasrani mengatakan, “Al-Masih itu putra Allah’. Selanjutnya, seperti dikatakan dalam Al-Qur’an yang sangat jelas-jelas penyimpangan golongan Yahudi :



اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَهًا وَاحِدًا لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٣١﴾



“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Suci Allah dari apa yang mereka yang persekutukan”. (QS : at-Taubah : 31)



Demikianlah, gambaran orang-orang Bani Israel dan Yahudi, yang telah menyebabkan kekacauan di muka bumi sampai hari ini. Wallahu’alam.

Jumat, 24 September 2010

Hakikat "Shirathal Mustaqiim"

فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ


التَّوَّابُ الرَّحِيمُ قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ

مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ

وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا

أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ



Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Rabbnya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al-Baqarah 37-39)



Di dalam ayat di atas Allah swt memberikan suatu prinsip hidup yang sangat fundamental. "Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".



Allah swt menegaskan bahwa barangsiapa hidup di dunia berlandaskan petunjuk dan arahan yang Allah berikan, niscaya mereka tidak akan khawatir dan bersedih hati. Artinya, mereka akan hidup dalam kebaikan dan kebahagiaan. Dan bila Allah swt menyatakan demikian, tidak mungkin tidak pasti menjadi kenyataan. Dan kenyataan tersebut tidak hanya bersifat sementara, melainkan selamanya alias abadi. Tidak saja kebaikan dan kebahagiaan di dunia fana tetapi juga meliputi alam akhirat yang kekal abadi.



Siapapun yang berakal sehat dan berhati nurani pasti akan menyambutnya dengan baik. Dan mengingat bahwa jaminan tersebut memiliki syarat, maka iapun akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi syaratnya. Walaupun syarat itu berat, namun karena jaminannya begitu menggiurkan dan berasal dari fihak yang dia yakini kredibilitasnya, tentu dia siap menghadapinya.



Apakah syaratnya? Allah swt berfirman:



فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ



”...maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku,”





Allah mensyaratkan manusia untuk mengikuti petunjukNya bila datang kepada mereka. Bagaimana petunjuk itu datang kepada manusia? Yaitu, melalui para kurir resmi yang diutusnya bernama para Nabiyullah dan Rasulullah ’alahimus-salam. Dan dalam sejarah dunia Allah telah mengutus banyak sekali rangkaian Nabi dan RasulNya ’alahimus-salam. Dan kita yang hidup dewasa ini bahkan hidup di masa Allah telah mengirim Nabi dan RasulNya yang terakhir alias Nabi Akhir Zaman yakni Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam. Beliau adalah penutup para Nabi dan petunjuk yang diterima dari Allah swt dan disampaikannya kepada ummat manusia merupakan petunjuk terakhir yang Allah wahyukan, yakni Kitabullah Al-Qur’anul Karim. Maka sangatlah pantas bila Allah swt menjamin bahwa petunjukNya yang terakhir ini merupakan petunjuk yang otentitas-nya (keasliannya) tidak akan mengalami kontaminasi. Al-Qur’an bakal terpelihara hingga hari Kiamat.



إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ



“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS Al-Hijr 9)



Berbeda dengan berbagai Nabi dan RasulNya yang diutus sebelum Nabi terakhir, maka mereka menerima petunjuk yang belum final dan tidak dijamin otentitasnya terpelihara. Sehingga petunjuk Allah swt yang mereka terima hanya berlaku bagi kaum yang mereka hidup bersamanya dan di masa mereka hadir di dunia hingga datangnya Nabi dan Rasulullah berikutnya. Sebab kedatangan para Nabi dan Rasulullah sebelumnya bakal disempurnakan lebih lanjut dengan kedatangan Nabi dan Rasulullah berikutnya. Hingga tiba giliran Allah swt mengutus Penutup Para Nabi dan RasulNya. Oleh karenanya, Al-Quranul Karim Allah wahyukan kepada Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam berfungsi sebagai the Final Divine Guidance for the Whole of Mankind (Petunjuk Ilahi yang Final bagi segenap ummat manusia). Menjelang berakhirnya dunia yang fana ini Allah menyempurnakan petunjukNya kepada ummat manusia dengan diwahyukannya Kitabullah yang sempurna, final dan komprehensif (lengkap). Dan diutusnya seorang Nabiyullah yang tidak memimpin kaumnya saja (bangsa Arab), melainkan menjadi Teladan bagi segenap ummat manusia bahkan Rahmat bagi semesta alam.



لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ



“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS Al-Ahzab 21)



وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ



”Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya 107)



Petunjuk Allah swt untuk ummat manusia telah datang lima belas abad yang lalu. Diterima dari Allah swt dan disebarkan kepada ummat manusia oleh Nabi dan RasulNya yang terakhir. Tidak bakal ada lagi Nabi maupun Rasul yang Allah bakal utus ke muka bumi ini membawa ajaran baru sesudah diwahyukanNya Al-Qur’anul Karim. Itulah sebabnya Allah swt dengan terang dan jelas berfirman bahwa petunjukNya ini bukan hanya ekslusif bagi manusia yang mengaku dirinya muslim, atau kaum yang mengaku dirinya ummat Islam. Tidak..! Samasekali tidak..!!



شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ



“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia.” (QS Al-Baqarah 185)



Inilah ayat yang selalu terdengar oleh kaum muslimin, khususnya di bulan Ramadhan. Jelas dan terang Allah swt menyatakan bahwa Kitabullah Al-Quranul Karim merupakan hudal lin-naas (petunjuk bagi manusia). Allah swt tidak menyatakan bahwa petunjuk tersebut merupakan petunjuk bagi kalangan manusia tertentu, misalnya hanya bagi orang beriman atau ummat Islam atau kaum muttaqin semata. Tidak..! Allah swt berfirman bahwa Kitab Al-Qur’an adalah petunjuk bagi segenap ummat manusia.



Memang, ada ayat yang mengkhususkan hubungan Al-Qur’an dengan kalangan manusia tertentu, yaitu sebagai berikut:



ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ



“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”(QS Al-Baqarah 2)



Ayat ini tidak menafikan ayat sebelumnya. Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia siapapun dan bagaimanapun keadaan manusia itu. Adapun bagi kaum muttaqin alias mereka yang bertakwa maka Al-Qur’an diperlakukan oleh mereka bukan saja sebagai petunjuk Ilahi, melainkan diikuti tanpa keraguan sedikitpun..! Terserah, bila manusia lain menafikan, menolak atau mengingkari Al-Qur’an, namun faktanya ia tetap merupakan petunjuk dari Allah swt bagi segenap manusia yang akan menghilangkan kekhawatiran dan kesedihan hati manusia bila mereka mau mengikuti dan menjadikannya sebagai petunjuk jalan bagi kehidupannya.



Demikian pula sebaliknya, Allah swt mengancam siapa saja yang menolak petunjukNya.



وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا

أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ



Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al-Baqarah 39)



Menolak petunjuk Allah swt bisa berupa pengingkaran untuk mengakui bahwa Kitabullah Al-Qur’an merupakan petunjuk otentik dari Allah swt. Orang-orang seperti ini jelas-jelas merupakan kaum yang mendapat label orang-orang yang kafir. Mereka adalah manusia yang setelah diutusnya Nabi Akhir Zaman tidak mau mengimaninya sebagai Nabiyullah, tidak mau mengakui bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk dan Kitabullah terakhir dan tidak bersedia menerima Islam sebagai agama atau dien atau jalan hidup yang benar.



Selain itu, menolak petunjuk Allah swt juga bisa berarti mendustakannya. Tidak mau mengikutinya padahal mengakuinya sebagai petunjuk dan Kitabullah. Mereka bisa jadi dari kalangan di luar Islam tetapi mungkin juga termasuk orang-orang yang mengaku dirinya termasuk kaum muslimin. Bagi mereka yang bukan muslim kita dapat memaklumi kenapa mereka mendustakan petunjuk dan Kitabullah ini. Maklumlah, mereka memang bukan termasuk orang beriman. Inilah orang-orang non-mulsim dari kalangan manusia modern yang berfaham pluralisme. Mereka memandang semua kitab suci agama manapun merupakan kitab suci yang patut dihormati dan diakui sebagai petunjuk dari tuhan. Tetapi jelas mereka tidak bakal bersedia mengikutinya sebagai petunjuk jalan bagi kehidupannya.



Tetapi yang sangat sulit difahami dan banyak menimbulkan masalah ialah mereka yang di satu sisi mengaku muslim namun di sisi lain tidak menjadikan Kitabullah sebagai petunjuk jalan bagi kehidupannya. Mereka mengaku beriman kepada Al-Qur’an sebagai petunjuk dan Kitabullah terakhir. Tetapi mereka tidak kunjung menjadikannya petunjuk jalan bagi segenap urusan kehidupannya di dunia. Mereka cenderung memperlakukannya laksana menu makanan sebuah restoran. Mana yang mereka sukai mereka ambil dan mana yang mereka tidak berselera kepadanya, mereka tinggalkan. Padahal Allah swt di dalam petunjukNya berfirman:



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً

وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ



“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah 208)



Di dalam ayat di atas Allah swt hanya memberikan dua pilihan. Masuk ke dalam agama Allah secara totalitas, atau hiduplah menuruti langkah-langkah syetan...!! Allah swt menyuruh manusia untuk mengikuti segenap petunjukNya, tanpa pilah-pilih atau -jika tidak- berarti mengikuti musuh Allah swt, yakni syetan..!!



Pengertian mengikuti segenap petunjuk Allah ialah mengelola keseluruhan urusan hidup ini semata-mata berdasarkan bimbingan wahyu. Apapun lini kehidupan yang sedang digeluti, maka jalankanlah sesuai prosedur petunjuk Allah swt. Baik dalam urusan aqidah (keyakinan), syariah (jalan hidup) maupun ibadah (tata-cara penghambaan diri kepada Allah swt).



Di zaman penuh fitnah dewasa ini banyak kaum muslimin yang memandang urusan mengikuti petunjuk Allah swt hanyalah sebatas urusan ibadah semata. Mereka sangat sibuk mempelajari ajaran Islam untuk mengamalkan tata-cara sholat, shaum, bayar zakat, pergi haji dan umroh. Untuk berbagai urusan ini mereka sangat serius berusaha mengikuti petunjuk Allah swt. Namun seringkali mereka mengabaikan urusan aqidah. Mereka tidak bersungguh-sungguh mempelajari dan mengamalkan kalimat Tauhid. Bahkan masih banyak kaum muslimin yang tidak sadar bahwa jernih-tidaknya tauhid seseorang berpengaruh kepada diterima-tidaknya berbagai amal-ibadahnya. Padahal di dalam Kitabullah Al-Qur’an sering sekali kita jumpai betapa tidak terpisahkannya urusan amal-sholeh seseorang dengan urusan iman.



مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ

حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ



Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An-Nahl 97)



Artinya, amal seseorang hanya diperhitungkan Allah swt bila dilandasi iman atau aqidah yang benar. Bila tidak, maka amalnya menjadi sia-sia belaka..!



قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ

فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ

فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا



Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (QS Al-Kahfi 103-105)



Betapa masih banyaknya manusia yang mengaku muslim namun tidak peduli dengan urusan aqidah. Mereka kemudian terjatuh ke dalam lembah kemusyrikan, takhayul, khurafat, bid’ah dan aneka bentuk ketergantungan kepada selain Allah swt. Mereka sibuk melakukan berbagai bentuk ibadah, namun tidak pernah merenungi apakah imannya telah benar, kokoh dan murni. Mereka sibuk membenahi diri menjadi orang berakhlak mulia, bermoral dan santun, tetapi mereka tidak sadar bahwa cacatnya pemahaman Tauhid menyebabkan tidak bernilainya di mata Allah swt segenap kebaikan dan kesantunannya tersebut.



وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ

الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا



“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun.” (QS An-Nur 39)



Di zaman penuh fitnah dewasa ini banyak kaum muslimin yang memandang urusan mengikuti petunjuk Allah swt hanyalah sebatas urusan ibadah semata. Mereka tidak menjadikan urusan syariah sebagai perhatian dalam hidupnya. Padahal urusan ini menyangkut mayoritas waktu dalam kehidupannya. Sebab urusan syariah atau jalan hidup meliputi begitu banyak dimensi kehidupan. Dan petunjuk Allah swt mencakup bagaimana sepatutnya manusia mengelola berbagai urusan kehidupannya. Apakah itu menyangkut urusan pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara bahkan penataan urusan pada skala global-dunia. Banyak muslim modern menyangka bahwa karena dewasa ini yang disebut sebagai masyarakat dan negara maju adalah barat, maka mereka mengelola berbagai urusan ini dengan cara mengekor kepada mereka. Akhirnya muncullah berbagai bentuk penataan kehidupan, baik dalam sekali pribadi, keluarga maupun masyarakat dan negara yang mengikuti petunjuk barat bukan petunjuk Allah swt.



Akhirnya kita menyaksikan bagaimana tata kehidupan dalam aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, hukum, olahraga, kesenian, teknologi dan sains, militer dan pertahanan keamanan dikelola mengekor dan copy-paste sepenuhnya kepada perdaban dunia barat. Yang mana inti dari peradaban barat ialah mendustakan ayat-ayat Allah dan merasa sombong dan bangga diri akan kehebatan manusia yang tidak perlu bergantung kepada Allah swt dan petunjukNya. Inilah peradaban dunia yang tidak mengikuti petunjuk Allah swt..! Padahal masyarakat barat merupakan masyarakat kaum Yahudi dan Nasrani yang mana Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah peringatkan kita agar jangan mengekor kepada mereka...!



قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ

مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا

فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ

آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ



Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti tradisi/kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak-pun kalian pasti akan mengikuti mereka." Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka." (MUSLIM - 4822)



Bukan rahasia lagi bahwa masyarakat barat merupakan kaum Yahudi dan Nasrani. Mereka mewujudkan sebuah Judeo-Christian Civilization (peradaban Yahudi-Nasrani). Sungguh ironis menyaksikan bagaimana satu setengah miliar lebih kaum muslimin sedunia bisa menjadi korban sebuah peradaban yang terputus dari petunjuk Allah. Bagaimana mungkin suatu ummat yang memiliki Kitabullah Al-Qur’an yang Allah jamin kebenaran dan keasliannya dapat diarahkan oleh ummat-ummat yang Kitab Sucinya –yakni Taurat dan Injil- telah mengalami kontaminasi dan manipulasi di sana-sini? Bagaimana mungkin suatu ummat yang Allah telah peringatkan akan bahaya kebanyakan kaum Yahudi dan Nasrani, namun masih saja bersangka-baik kepada mereka? Menjadikan mereka sebagai konsultan dan tempat bertanya dalam berbagai perkara kehidupan?



وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ



”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (QS Al-Baqarah 120)



Sungguh, kondisi dunia dewasa ini sedang diselimuti badai fitnah, sehingga kita menyaksikan begitu banyaknya kaum muslimin yang tidak bersikap kritis terhadap realitas dunia yang berjalan di luar koridor petunjuk Allah swt. Padahal hakikat berada di atas shirathal mustaqiim (jalan yang lurus) ialah tatkala segenap urusan dalam hidup berjalan mengikuti petunjuk Allah swt, baik dalam perkara aqidah, syariah maupun ibadah. Inilah maksud ungkapan Allah swt di bawah ini:



قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ



Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama muslim (menyerahkan diri kepada Allah)". (QS Al-An’aam 162)



Petunjuk Allah swt yang terakhir bagi ummat manusia telah datang sejak lima belas abad yang lalu. Tidakkah sepantasnya kita yang mengaku kaum muslimin, mukminin dan muttaqiin berdiri di barisan terdepan membimbing segenap manusia lainnya untuk turut hidup bersama di bawah naungan petunjuk Allah swt tersebut? Meninggalkan peradaban palsu (baca: peradaban kafir) dunia modern ini untuk menggantikannya dengan peradaban mengikuti Petunjuk Allah swt?



Bagaimana hal itu akan terjadi, bila kita begitu mudah terprovokasi dan menjadi marah menyaksikan kaum kafir barat membakar fisik Kitabullah Al-Qur’an sedangkan kita tidak sedikitpun merasa terganggu padahal sudah hampir seabad ummat Islam di berbagai negeri muslim mengelola kehidupannya mengikuti petunjuk kaum kafir barat tersebut dan mengabaikan bahkan mendustakan Petunjuk Allah swt..?! Masihkah kita harus heran dan tercengang serta bertanya mengapa kekhawatiran dan kesedihan hati masih saja mewarnai kehidupan banyak manusia modern dewasa ini, bukan saja mereka yang jelas-jelas kafir, tetapi banyak di antaranya adalah saudara-saudara kita kaum muslimin..?? Laa haula wa laa quwwata illa billah..

Rabu, 08 September 2010

Khutbah Iedul Fitri 1431 H: Badai Fitnah Menerpa Ummat Akhir Zaman


بسم الله الرحمن الرحيم
oleh
Muhammad Ihsan Tandjung
Masjid Baitussalam PP Laguna Radar AURI
01 Syawwal 1431 H / September 2010
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة و أصيلا
لآإله إلا الله و لا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرونلآإله إلا الله وحده صدق وعده و نصر عبده و أعز جنده و هزم الأحزاب وحده
لآإله إلا الله الله أكبر الله أكبر و لله الحمدالحمد لله الذي ألف بين قلوبنا فأصبحنا بنعمته إخواناالحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى و دين الحق ليظهره على الدين كلهولو كره المشركونأشهد أن لآإله إلا الله و أشهد أن محمدا رسول اللهاللهم صلي على محمد و على آله و أصحابه و أنصاره و جنودهو من تبعهم بإحسان إلى يوم الدينفقال الله تعالى في كتابه الكريم:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍوَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١٨﴾
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah
Marilah kita senantiasa mengungkapkan rasa terima-kasih kepada Allah SWT semata. Allah telah melimpahkan kepada kita sedemikian banyak ni’mat. Jauh lebih banyak ni’mat yang telah kita terima dibandingkan kesadaran dan kesanggupan kita untuk bersyukur. Terutama marilah kita ber-terimakasih kepada-Nya atas ni’mat yang paling istimewa yang bisa diterima manusia. Tidak semua manusia mendapatkannya. Alhamdulillah kita termasuk yang mendapatkannya. Itulah ni’mat iman dan Islam, yang dengannya hidup kita menjadi jelas, terarah, terang, benar dan berma’na serta selamat di dunia maupun akhirat.
Sesudah itu, marilah kita ber-terimakasih pula kepada Allahu ta’ala atas limpahan ni’mat sehat-wal’aafiat. Ni’mat yang memudahkan dan melancarkan segenap urusan hidup kita di dunia. Semoga kesehatan kita kian hari kian mendekatkan diri dengan Allahu ta’ala. Dan semoga saudara-saudara kita yang sedang diuji Allah melalui aneka jenis penyakit sanggup bersabar menghadapi penderitaannya…bersama keluarga yang mengurusnya, sehingga kesabaran itu mengubah penyakit mereka menjadi penghapus dosa dan kesalahan. Amien, amien ya rabbal ‘aalamien.
Selanjutnya khotib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa berdoa kepada Allah swt agar Dia melimpahkan setinggi-tingginya penghargaan dan penghormatan melalui ucapan sholawat dan salam-sejahtera kita kepada manusia pilihan yang mengajarkan kita hakikat iman dan islam… imamul muttaqin pemimpin orang-orang bertaqwa dan qaa-idil mujahidin panglima para mujahid yang sebenar-benarnya nabiyullah Muhammad Sallalahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para shohabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan kita berdo’a kepada Allah swt, semoga kita yang hadir di tempat yang baik ini dipandang Allah swt layak dihimpun bersama mereka dalam kafilah panjang penuh berkah. Amien, amien ya rabbal ‘aalaamien.
Tak lupa khotib juga mengajak jamaah sekalian untuk mendoakan saudara-saudara kita kaum muslimin, mukminin, muwahhidiin dan mujahidin di berbagai belahan bumi yang sedang didera berbagai kesulitan. Baik karena bencana alam berupa banjir, gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus dan lain sebagainya. Maupun karena kezaliman fihak musuh-musuh Allah yang memerangi, memboikot, memfitnah hingga memenjarakan mereka. Ya Allah, berilah kesabaran kepada mereka dalam menghadapi berbagai ujian hidup ini. Amien, amien ya rabbal ‘aalaamien.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Jamaah sholat Idhul Fitri, kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah,
Semenjak dahulu Al-Qur’an telah memperingatkan kita akan fitnah (profokasi) yang ditimbulkan oleh musuhNya dan musuh orang-orang beriman, yaitu syetan. Bahkan Allah mengkaitkannya dengan peristiwa fitnah paling pertama yang menimpa kakek moyang ummat manusia, yakni Nabiyullah Adam ‘alahis-salam.
يَا بَنِي آدَمَ لا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat di-fitnah (ditipu) oleh syetan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga.” (QS Al-A’raf 27)
Syethan merupakan musuh yang nyata yang sepatutnya senantiasa diperlakukan sebagai musuh. Dihadapi dengan kewaspadaan penuh, sikap non-kompromi dan “senjata” yang memadai. Bukan sebaliknya, dihadapi dengan jiwa santai, sikap kooperatif dan tanpa persenjataan cukup.
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا
يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Fathir 6)
Dan perlu diingat bahwa musuh kita ini terdiri dari dua golongan makhluk, yaitu manusia dan jin. Inilah yang membuat pertarungan orang beriman menghadapi mereka menjadi sangat berat. Sebab kita hanya mampu mendeteksi salah satu diantara keduanya sedangkan yang satu lagi sungguh sulit, kecuali jika Allah izinkan. Wallahu a’lam.
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin.” (QS Al-An’aam 112)
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Jamaah sholat Idhul Fitri, kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah,
Lima belas abad yang lalu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah memperingatkan kita bahwa akan datang suatu masa dimana badai fitnah akan menyelimuti dunia sehingga mengancam iman kaum muslimin. Dan badai fitnah itu menjadikan dunia sedemikian gelapnya sehingga seorang muslim rela menjual agamanya yang mahal demi meraih kesenangan dunia yang murah. Sungguh suatu tindakan hina dan berbahaya.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bersegeralah beramal sebelum datangnya fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki diwaktu pagi masih mukmin dan diwaktu sore telah menjadi kafir, dan diwaktu sore masih beriman dan paginya menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia." (AHMAD - 8493)
Sadarkah kita bahwa salah satu perkara penting yang sering diabaikan oleh ummat Islam dewasa ini ialah betapa terancamnya eksistensi iman kita? Sadarkah kita bahwa aneka serangan al-ghazwu al-fikri (perang pemikiran atau the battle of hearts and minds) secara sistematis berlangsung setiap hari merongrong keutuhan iman diri, anak dan isteri kita? Kian hari kian terasa betapa zaman yang sedang kita jalani dewasa ini merupakan potongan zaman yang sarat dengan fitnah. Inilah zaman yang telah di-nubuwwah-kan oleh Rasulullah Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya yang berbunyi:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan hidangannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud)
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah
Penyakit Al-Wahan alias ”Cinta dunia dan takut akan kematian” cukup hebat mendominasi ummat Islam dewasa ini. Penyakit ini muncul dikarenakan hebatnya pengaruh pemimpin dunia global dewasa ini yang terdiri dari kaum kuffar yang tidak faham apapun soal perkara kehidupan akhirat. Mereka memang sangat canggih dalam menguasai berbagai lini kehidupan menyangkut urusan lahiriah-materialistik kehidupan dunia. Namun soal kehidupan sejati di akhirat kelak, mereka sangatlah lalai dan tidak peduli bahkan tidak mempercayainya. Dunia secara global dewasa ini sedang dikendalikan oleh bangsa Ruum (Romawi) alias Barat Eropa-Amerika. Dan Allah menggambarkan peradaban Romawi kafir di dalam surah Ar-Ruum sebagai berikut:
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS Ar-Ruum ayat 7)
Para pemimpin global bangsa Romawi Modern ini dengan gencar, sistematis dan penuh kesungguhan berusaha keras mensosialisasikan faham materialisme dan sekularisme yang menjadi falsafah hidup mereka kepada segenap penduduk planet bumi. Tanpa kecuali ummat Islam di dalamnya. Dengan segenap sarana dan prasarana yang dimiliki mereka berusaha menjadikan setiap orang yakin bahwa hanya dengan menimbun materi-lah kebahagiaan bakal diperoleh. Hanya dengan memisahkan urusan dunia dari nilai-nilai agama atau keimanan-lah manusia akan mencapai kebebasan sejati.
Artinya, mereka berusaha menularkan nilai-nilai kekufuran yang ada dalam diri mereka kepada siapa saja, termasuk kita yang asalnya beriman. Sehingga tidak sedikit kaum muslimin di berbagai belahan dunia mulai mengekor kepada pandangan hidup kaum kuffar pemimpin global dunia dewasa ini. Persis sebagaimana diprediksikan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ
لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti tradisi/kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak-pun kalian pasti akan mengikuti mereka." Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka." (MUSLIM - 4822)
Kepemimpinan barat atas dunia modern dewasa ini jelas mencerminkan dominasi the Judeo-Christian Civilization (peradaban Yahudi-Nasrani) atas ummat manusia, termasuk ummat Islam di dalamnya. Sehingga tidak sedikit kaum muslimin yang terjangkiti virus ”taqlid” mengekor kepada tradisi dan jalan hidup mereka. Kita bukan sekedar mempermasalahkan maslah-masalah ringan seperti Birthday Party (pesta ulang tahun) atau Valentine’s Day. Namun yang kita prihatinkan betapa negeri-negeri muslim telah mengekor kepada mereka dalam berbagai tata kehidupan seperti sistem hukum, politik, ekonomi, budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Allah SWT bahkan me-warning kita bahwa inilah karakter dasar kaum Yahudi dan Nasrani.
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani sekali-kali tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah (tradisi/jalan hidup/agama) mereka. (QS Al-Baqarah 120)
Sungguh ironis menyaksikan bagaimana satu setengah miliar lebih kaum muslimin sedunia bisa menjadi korban sebuah peradaban yang terputus dari petunjuk Allah. Bagaimana mungkin suatu ummat yang memiliki Kitabullah Al-Qur’an yang Allah jamin kebenaran dan keasliannya dapat diarahkan oleh ummat-ummat yang Kitab Sucinya –yakni Taurat dan Injil- telah mengalami kontaminasi dan manipulasi di sana-sini?
Allah secara jelas-tegas memperingatkan Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam dan kita ummat Islam siapa sesungguhnya kaum Yahudi ini:
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
”Sesungguhnya kamu (Muhammad) dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS Al-Maidah ayat 82)
Bisa anda bayangkan bagaimana suatu kaum yang paling keras permusuhannya kepada orang-orang beriman akan bertingkah laku bilamana mereka memiliki kontrol atas segenap lini kehidupan. Baik itu ideologi, politik, ekonomi, perdagangan, keuangan, sosial, budaya, pendidikan, mass-media, hukum, militer dan pertahanan keamanan semuanya berada di bawah pengaruh dan kendali kaum Yahudi dewasa ini.
Hasilnya berupa berdirinya suatu peradaban modern yang disebut oleh Ahmad Thomson -seorang penulis muslim asal Inggris- sebagai sebuah Sistem Dajjal. Yaitu sebuah mega-proyek Tatanan Dunia Baru (baca: New World Order) yang memang sengaja dirancang demi menyambut kedatangan pemimpin yang mereka nanti-nantikan, yaitu si ”mata tunggal” Ad-Dajjal. Para pemimpin kafir skala global dewasa ini memang sengaja mempersiapkan sebuah tatanan kehidupan modern sebagai bentuk persembahan mereka kepada Ad-Dajjal yang mereka yakini bakal senang dan ridho terhadap usaha mega-proyek ini. Persis sebagaimana mereka tulis dalam bahasa Latin di atas The Great Seal dalam lembaran uang kertas satu dollar Amerika Serikat, yaitu Annuit Coeptis yang berarti He (God/The Eye/Providence) has favored our undertakings = Semoga Dia (Tuhan/Si Mata Tunggal/Yang Mencukupi) merestui usaha kami.
Jangan-jangan inilah zaman dimana badai fitnah yang muncul akan bermuara kepada hadirnya fitnah paling dahsyat, yaitu fitnah Ad-Dajjal.
ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ
أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا
وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ
Suatu ketika ihwal Dajjal dibicarakan di hadapan Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam Kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah Ad-Dajjal, dan tidak ada orang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula dari fitnah (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali dalam rangka menjemput fitnah Ad-Dajjal.”(HR Ahmad)
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah
Banyak hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam yang berbicara mengenai era badai fitnah di Akhir Zaman ternyata sangat cocok menggambarkan keadaan dunia modern dewasa ini. Di antaranya dalam aspek penyimpangan hukum dan melemahnya semangat beribadah ummat:
َليُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ
تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ
Sungguh akan terurai ikatan Islam simpul demi simpul. Setiap satu simpul terlepas maka manusia akan bergantung pada simpul berikutnya. Yang paling awal terurai adalah simpul hukum dan yang paling akhir adalah simpul shalat,” (HR Ahmad 21139).
Segenap negeri muslim hari ini lebih bangga dan percaya diri menerapkan hukum produk manusia daripada kembali kepada hukum Allah, hukum Islam, hukum berdasarkan Al-Qur’an. Bahkan kebanyakan muslim merasa alergi dengan gagasan penerapan syariat Islam. Kadang dengan ringannya dia berkomentar: ”Apa, memberlakukan hukum Islam?! Iih serem...!” Padahal Allah dengan tegas menyebut mereka yang menolak hukum Allah dan RasulNya sebagai kaum munafik...!
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ
رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
“Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS An-Nisa 60)
Dalam aspek keilmuan dan pendidikan:
إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيهَا الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ فِيهَا الْعِلْمُ
Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda; "Menjelang kiamat terjadi, terdapat hari-hari yang ketika itu banyak kebodohan dan ilmu (agama) diangkat." (BUKHARI - 6538)
Di masa ini kita seringkali disajikan melalui TV gagasan-gagasan tidak bermutu dari kalangan yang memang tidak berilmu sedangkan orang yang benar-benar berilmu justeru hampir tidak pernah ditampilkan.
Dalam aspek ekonomi dan keuangan:
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يَبْقَى مِنْهُمْ أَحَدٌ
إِلَّا آكِلُ الرِّبَا فَمَنْ لَمْ يَأْكُلْ أَصَابَهُ مِنْ غُبَارِهِ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Benar-benar akan datang kepada manusia suatu zaman, tidak seorang pun dari mereka kecuali akan memakan riba. Dan barangsiapa tidak memakannya, maka ia akan terkena debunya." (IBNU MAJAH - 2269)
Bukan rahasia lagi bahwa sistem ekonomi ribawi mendominasi dunia dewasa ini. Padahal Allah dengan tegas mengancam akibat yang bakal terjadi jika kaum yang mengaku beriman turut menikmati riba yang masih disimpannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. (QS Al-Baqarah 278-279)
Dalam aspek perdagangan dan mata pencaharian:
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ مِنْ الْمَالِ بِحَلَالٍ أَوْ بِحَرَامٍ
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sungguh akan datang pada manusia suatu masa, seseorang tidak perduli lagi dari mana harta yang diperolehnya, (apakah dengan cara) halal atau haram." (AHMAD - 9247)
Dalam aspek budaya dan moralitas:
مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا … وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ
مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ
وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat: … (2) Wanita-wanita berpakaian, tetapi sama juga dengan bertelanjang (karena pakaiannya terlalu minim, terlalu tipis atau tembus pandang, terlalu ketat, atau pakaian yang merangsang pria karena sebagian auratnya terbuka), berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium aroma surga. Padahal aroma surga itu dapat tercium dari begini dan begini." (MUSLIM - 3971)
Dalam aspek politik dan kepemimpinan:
سَتَكُونُ أُمَرَاءُ فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ فَمَنْ عَرَفَ بَرِئَ
وَمَنْ أَنْكَرَ سَلِمَ وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ
Rasulullah shollallahu’alaih wa sallam bersabda: “Akan muncul pemimpin-pemimpin yang kalian kenal, tetapi kalian tidak menyetujuinya. Orang yang membencinya akan terbebaskan (dari tanggungan dosa). Orang yang tidak menyetujuinya akan selamat. Orang yang rela dan mematuhinya tidak terbebaskan(dari tanggungan dosa).” (MUSLIM 3445)
Badai fitnah telah menyebabkan banyak muslim begitu saja mematuhi para pemimpin yang tidak berpedoman kepada petunjuk Allah dan RasulNya. Bahkan mereka malah ikut serta dalam perlombaan memperebutkan jabatan dan kekuasaan dalam sistem politik Sistem Dajjal ini, seolah mereka lupa atau tidak peduli dengan pesan Nabi shollallahu’alaih wa sallam :
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً
يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتْ الْفَاطِمَةُ
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya kalian akan rakus terhadap jabatan, padahal jabatan itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat, ia adalah seenak-enaknya penyusuan dan segetir-getirnya penyapihan." (BUKHARI - 6615)
الله أكبر الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
Jamaah sholat Idhul Fitri, kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah,
Demikianlah gambaran badai fitnah yang menerpa ummat Islam di Akhir Zaman yang telah diperingatkan oleh pemimpin kita Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam. Dan kita yang hidup di masa ini justeru menjadi saksi kebenaran berbagai prediksi beliau. Semua rangkaian fitnah ini tidak terlepas dari berbagai makar dan rencana busuk musuh Allah sekaligus musuh orang-orang beriman yaitu para syethan, baik dari golongan jin maupun manusia. Dan apa yang khotib uraikan hanyalah sebagian kecil dari makar tersebut mengingat bahwa kita hanya diberi kesanggupan untuk mendeteksi gerak-gerik syethan golongan manusia.
Semoga berbagai amaliah Ramadhan tahun ini mampu menjadikan kita ummat yang benar-benar sabar menghadapi badai fitnah di Akhir Zaman sebagaimana disebutkan oleh Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya:
فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ الصَّبْرُ فِيهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ
فِيهِمْ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِهِ وَزَادَنِي غَيْرُهُ
قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْهُمْ قَالَ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُمْ
Sesungguhnya di belakang kalian akan ada hari-hari (yang kalian wajib) bersabar, sabar pada saat itu seperti seseorang yang memegang bara api, dan orang yang beramal pada saat itu pahalanya sebanding dengan lima puluh kali amalan orang yang beramal seperti amalnya." Abu Tsa'labah bertanya, "Wahai Rasulullah, seperti pahala lima puluh orang dari mereka?" beliau menjawab: "(Bahkan) seperti pahala lima puluh orang dari kalian (para sahabat)." (ABUDAUD - 3778)

Wallahu ‘alam bish-shawwaab.-
DOA
رَبَّنَا ءَاتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". (QS 18:10)
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ
فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيم ٌ
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (QS 59:10)
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS 3:8)
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS 25:74)
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS 3:147)
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا
حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا
وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS 2:286)
رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ ءَامِنُوا
بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ
رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (QS 3:192-194)
اللهم إني أعوذبك بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab jahannam, azab kubur, fitnah kehidupan dan kematian serta dari jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal" (HR Muslim).

Makna 'Idul Fitri

Bismilllaahirrohmaanirrohiim
Alhamdulillah,wassholatuwassalaamu 'alaa rosulillaah, laa haulaa walaa quwwataa illaa billaah

Idul fitri secara bahasa berarti kembali Fitri (suci).
Maknanya kurang lebih: Kembali kepada penciptaan awal manusia yang fitrah/ suci (tanpa dosa).

Mengapa hari raya setelah romadhan disebut hari raya Idul Fitri?
Ini menunjukkan harapan dari Allah  (dan kita semua meng-amini-nya) agar Allah mensucikan dosa-dosa kita karena puasa kita telah bisa mengantarkan kita kepada kondisi batin/ruhani seperti awal kita diciptakan, yakni suci aqidahnya (tanpa dikotori dengan keraguan dan kesyirikan sedikitpun) , suci ibadahnya (niat ibadah hanya karena Allah sehingga dilaksanakan sesuai dengan syariat Allah dan sunnah Rosulullah) dan suci mu'amalahnya (tiada rasa hasad/iri &/dengki, riya'/ujub &/takabbur)

Mengapa demikian? Karena Allah maha suci, maka Ia hanya menerima amal ibadah yang suci dan tidak akan mengijinkan hamba-hamba-Nya untuk memasuki syurgaNya kecuali yang telah Ia sucikan! Oleh karenanya, Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang selalu berusaha untuk mensucikan dirinya!

Inilah mungkin hakekat tujuan dari ibadah kita yang kita kerjakan selama ini, yakni mampu membawa kita semuanya kepada kesucian. Maka sangat tepat bila para ulama dan ahli fikih menempatkan Bab Thoharoh (mensucikan diri) dalam kitab-kitabnya sebagai Bab awal / pertama yang harus dipelajari sebelum mempelajari bab-bab selanjutnya.

Dan mungkin ini pula yang menjadi rahasia orang-orang yang dipilih Allah sebagai hamba-Nya yang berhak untuk mendapatkan penghargaan dan karunia di malam istimewa (lailatul QODAR), yakni hamba-hamba-Nya yang telah menunjukkan kesungguhannya dalam mensucikan dirinya di hadapan Allah selama bulan romadhan.
Pertanyaannya, sudah kah kita sungguh-sungguh mensucikan diri kita selama sebulan romadhon kemarin? Puasa kita? Tilawah kita? Sholat 5 waktu kita? do'a-do'a kita? Zakat-infaq dan sedekah kita? I'tikaf kita?

Bukankah kita semua yakin dan faham bahwa malam lailatul Qodar adalah malam diturunkannya AlQur'an yang suci, oleh Allah yang maha suci, melalui malaikat yang suci, kepada utusannya (Muhammad) yang disucikan!
Tidak boleh menyentuh Alqur'an kecuali yang bersuci, tidak diterima amal ibadah kecuali yang suci dan tidak masuk syurga kecuali yang telah disucikan!

Wallaahu a'lam. Semoga bermanfaat!
Walhamdulillaahi robbil 'aalamiin

Selasa, 07 September 2010

Nasehat Guru untuk Murid-muridnya

Assalamu'alaikum wr  wb

Semoga Allah terima puasa dan ibadah kita di Romadhan 1431 H ini
Sholawat dan salam bagi suri tauladan kita Muhamad Rasulullah SAW dan keluarga terpilihnya. Dan semoga keselamatan bagi hamba-hamba yang beriman...amin

Meneruskan tema sebelumnya bahwa sepandai-pandai murid, pantang bagi murid untuk mengisi raportnya sendiri, maka lebih pantang lagi bagi si murid untuk lancang mengisi raport temannya!
Inilah kiasan bagi kita dalam menjalankan kehidupan beragama, di mana Allah adalah Maha guru dan manusia adalah muridnya. Atas setiap materi pelajaran yang Allah sampaikan melalui rosulNya, maka murid akan memahaminya sesuai dengan  kemampuan masing-masing (dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pemahaman sebelumnya). 

Sang maha guru (Allah SWT) memberikan kebebasan kepada semua muridnya untuk memahami sesuai dengan kecenderungannya masing-masing, kemudian meningkatkan kualitas pemahamannya dari hari ke hari kemudian mengamalkan pemahamannya itu dalam kehidupan sehari-hari.

Sang maha guru (Allah SWT) setiap hari menerima laporan tentang apa-apa yang dilakukan murid-muridnya dengan pemahaman yang dimilkinya. Namun Sang maha guru  (Allah SWT) belum  mau memberikan penilaiannya sehingga semua murid belum tahu siapa salah satu diantara mereka yang mendapatkan nilai terbaik atau mungkin mereka semua mendapatkan nilai yang sama baiknya. 

Kemudian sang maha guru (Allah SWT) memberi kesempatan kepada semua muridnya untuk berdiskusi tentang pemahaman mereka masing-masing, maka sang murid pun berdiskusi dengan serius dan ambisius, dimana setiap murid yakin dengan kebenaran pemahamannya dan bahkan sebagian mereka bangga diri dan hampir-hampir/ telah meremehkan/ menganggap salah/ lemah pemahaman temannya. Lagi-lagi, sang maha guru pun tak kunjung memberikan penilaiannya, siapa yang paling benar pemahamannya.

Akhirnya, sang maha guru (AllahSWT) memberikan informasi dan catatan penting kepada semua muridnya;
"Wahai murid-muridKu, raport akan dibagikan besok di hari kiamat, jadi kalian tetap tidak akan tahu siapa diantara kalian yang paling benar pemahamannya, maka kalian tidak usah saling bertengkar di antara kalian tentang siapa yang paling benar pemahamannya; janganlah satu murid mengolok-olok murid lainnya karena boleh jadi yang diolok-olok lebih baik dari yang mengolok-olok; berpegang teguhlah pada apa yang aku sampaikan kepadamu dan janganlah kalian berpecah belah; bila terjadi perbedaan pendapat di antara kalian tentang apa yang berasal dariKu dan utusanKu, maka kembalikanlah kepadaKu dan RosulKu; taatlah kepadaKu dan utusanKu dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu, itulah yang lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui, sesungguhnya Aku maha tahu atas segala yang kalian perbuat."

Catatan :
Semua murid adalah semua orang beriman, jadi mereka yang kafir tidak masuk dalam daftar murid (tidak ada harapan untuk menerima raport), artinya besok di hari kiamat, tidak ada lagi hisab bagi orang-orang kafir, tapi langsung masuk ke neraka (wallahu a'lam)


Semoga bermanfaat, saran dan kritik positif sangat kami harapkan! Terima kasih...
Wassalamu'alaikum wr wb.

Senin, 06 September 2010

Semoga Kita termasuk yang Meraih Kemenangan...(apa ciri-cirinya?)

Setelah kita berpuasa selama sebulan di bulan Romadhan, maka seluruh kaum muslimin bertakbir mengakui kebesaran Allah (di malam hari hingga menjelang sholat 'idul fitri). pagi harinya kaum muslimin melaksanakan sholat 'idul fitri dan dilanjutkan dengan merayakan hari kemenangan itu dengan bersalam-salaman untuk saling memaafkan.
Namun, benarkah dihari kemenangan itu kita benar-benar orang yang menang? Atau orang yang mengaku-ngaku menang? Sudah adakah kefahaman pada diri kita tentang maksud dan makna kemenangan tersebut? Ya... yang dimaksud kemenangan itu adalah keberhasilan kita menaklukkan musuh abadi yang bernama "hawa nafsu"
Maka dibawah ini terdapat beberapa tanda bagi kita semua, apakah kita termasuk orang yang meraih kemenangan. Dan yang perlu kita garis bawahi, tanda-tanda ini adanya setelah kita keluar dari bulan romadhan. Adapun tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut;
1. Selalu Sholat Tepat Waktu & Berjamaah
“Celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dalam shalatnya.” (QS. Al-Ma’un: 4-5)
Tentu nya ayat ini bukan ditunjukan bagi orang yang melalaikan sholat baik bagi yang telah rajin sholat tepat waktu bahkan sambil berjamaah.
2. Rajin Menjalankan Ibadah Sunnah Yang terbiasa sholat Tarawih, sholat witir, Duha, Tahajud dan yang terpenting Sholat Rawatib di bulan Ramadhon ,bahkan sebelum romadhon tiba, ibadah-ibadah Sunnah tidaklah berat. Mungkin akan terasa nikmat melakukan nya karena sudah terbiasa. Sebaliknya jika paska Romadhon malas melaksanakan nya tentunya dipertanyakan pula kualitas Romadhon nya.

Karena orang soleh itu, atau yang takwa yang berhasil dalam Romadhon itu ialah:
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya:90)
“Dan hamba-Ku masih mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah, sampai Aku mencintainya.” (Hadits Qudsi)
3. Gemar berinfaq, baik dikala lapang ataupun sempit, mampu menahan amarah (dikala ia berhak marah) dan mau memaafkan orang yang berbuat salah kepadanya Hasil ibadah puasa yang diharapkan adalah adanya sifat taqwa dalam diri. Dalam QS. 3 : 134, dijelaskan bahwa ciri-ciri orang bertaqwa adalah : gemar menginfaqkan hartanya di jalan Allah baik diwaktu lapang/ sempit, mampu menahan amarah dan mau memaafkan (kesalahan) orang lain
4. Rajin Membaca Al-Qur’an.
Ramadhan juga disebut Syahrul Qur’an, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an. Orang-orang soleh itu banyak menghabiskan waktunya siang malam Ramadhan untuk membaca Al-Qur’an.
Sebagaimana beberapa hadist menyebutkan:
“Ibadah ummatku yang paling utama adalah pembacaan Al-Qur’an.” (HR Baihaqi)
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarkanny. a” (HR Bukhari)
Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menimba dan menggali sebanyak mungkin kemuliaan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup. Kebiasaan baik ini harus nampak berlanjut setelah Ramadhan pergi, sebagai tanda keberhasilan latihan di bulan suci.
5. Selalu Menjaga Perkataan
Ramadhan adalah peluang untuk mengatur dan melatih lidah agar senantiasa berkata baik. Umar ibn Khattab pernah berkata:
“Puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari makan minum saja, akan tetapi juga dari dusta, dari perbuatan yang salah dan tutur kata yang sia-sia.”
Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta perbuatan buruk, maka Allah tidak membutuhkan perbuatan orang yang tidak bersopan santun, maka tidak ada hajat bagi Allah padahal dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR Bukhari)
Insya-Allah, mereka yang gemar membaca dan mentadaburi Alqur'an akan mampu menjaga ucapannya dari perkataan sia-sia apalagi dusta dan aniaya.

Semoga kita termasuk orang-orang yang menang sehingga Allah karuniakan kehidupan yang lebih baik dari tahun ke tahun. semoga dengan itu kita bisa menjadi hamba-Nya yang istiqomah dan Allah tutup usia kita dalam khusnul khotimah...amin

Sabtu, 04 September 2010

semua adalah UJIAN

Assalamu'alaikum wr wb,
segala puji hanya milik Allah tuhan semesta alam
sholawat atas baginda rosulullah muhammad saw
keselamatan semoga bagi hamba Allah yang beriman dan beramal sholeh.amin

kalimat kuncinya;
laksana dunia PENDIDIKAN, maka:
Kehidupan dunia adalah kesempatan belajar dan masa untuk mempraktekkan (mengamalkan) hasil belajarnya; baik ilmu yang bermanfaat untuk diri sendiri, lebih-lebih ilmu yang bermafaat bagi sebanyak-banyaknya manusia lain.
Jadi, inti kehidupan adalah belajar-amalkan-sampaikan-sabar (dalam belajar, mengamalkan dan menyampaikan) hingga datangnya kematian (Q.S. Al-'Asr)


kemudahan dan kesulitan, kekayaan dan kemiskinan, kesenangan dan kesusahan, kemenangan dan kekalahan pada hakekatnya adalah ujian
"semakin tinggi tingkat pendidikan maka ujiannya pun akan semakin sulit"
dan terkadang, satu soal dirancang tuhan secara massal dan berlaku untuk semua tingkatan, misalnya bencana alam, peperangan dan penjajahan;

Sedangkan akherat adalah saat pengumuman kelulusan dan pemberian balasan.
bagi yang lulus, akan mendapat kenikmatan (syurga)
bagi yang gagal, akan menerima kecelakaan (neraka)
bagi yang dimaafkan, akan dipindahkan dari kecelakaan kepada kenikmatan;

semoga kita menjadi orang yang memanfaatkan waktu sebaik mungkin (dengan modal akal dan iman)sehigga mampu menyerap ilmu sebanyak-banyaknya untuk kemanfaatan diri sendiri (dengan mengamalkan) dan kemashlahatan sebanyak-banyaknya manusia lain (dengan menyampaikan dan memberi teladan).
Semoga dengan itu kita bisa melewati ujian demi ujian (karena faham soalnya dan mengerti jawabannya) dan kemudian kita bisa sabar hingga datangnya kematian.

Kemudian akhirnya, kita berdoa semoga kita termasuk orang yang lulus ujian dan mendapatkan balasan kenikmatan... amin.

Wallaahu a'lam, semoga bermanfaat
Assalamu'alaikum wr wb.

Jumat, 03 September 2010

Pantang bagi Murid untuk Mengisi Raportnya Sendiri

Ass! Apa kabar saudara seiman? semoga kita semua tetap dalam is]am dan iman, sehat jasmani dan ruhani serta selalu dalam kebaikan...amin!

saudara sekalian, dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengajak kepada kita semua untuk menjaga niat dan semangat beribadah di beberapa hari terakhir bulan romadhan ini. karena kita tak tahu apakah kita masih bisa bertemu romadhan tahun depan.

beberapa hari terakhir, atas kehendak Allah, penulis mendapatkan beberapa nasehat yang sama dari sumber yang berbeda, yakni tentang "raport/ catatan amal kehidupan kita yang akan kita terima kelak nanti di akherat". Mulai dari teman diskusi, khutbah jum'at, kultum ba'da tarawih dan juga kajian subuh... alhamdulillaah!

sebagaimana kita tahu dan yakin bahwa setiap manusia akan menerima catatan amalnya mulai dari baligh hingga tutup usia, baik yang sederhana hingga yang luar biasa, baik yang tersembunyi hingga yang terdeklarasi, baik niat di hati- terucap dilisan hingga yang terwujud dalam sikap laku sehari-hari.
siapa yang berbuat baik maka akan dibalas baik, siapa yang berlaku buruk maka akan dibalas serupa, kecuali Allah berkehendak lain (memaafkannya).
ada yang menerima catatan amalnya dari tangan kanan dan disampaikan dengan cara yang sopan dan lembut, namun ada yang menerima catatan amalnya dari tangan kiri dan disampaikan dengan cara kasar dan dilempar!(Na'udzubillah)

Hikmah dari nasehat ini bagi penulis adalah :
Kita tak pernah tahu tentang catatan amal kita nanti (baik/buruk, diterima dari kanan/ kiri, disampaikan dengan cara sopan/ kasar), karena raport kita bukan kita sendiri yang ngisi.
ibarat guru dan murid, sepandai-pandai murid, pantang bagi murid untuk mengisi raportnya sendiri,apalagi mengisi raport teman/orang lain. kalau raport sendiri saja kita tak tahu pasti, bagaimana kita mengaku bisa menilai raport orang lain.
makna kiasnya...silahkan pembaca mencernanya sendiri...!

semoga tulisan singkat ini menjadi inspirasi kebaikan diri... amin
wass.

Kamis, 02 September 2010

mulia dan hinanya manusia

Assalamu'alaikum warohmatullaahi wabarookatuh

saudara sekalian...
semoga Allah swt senantiasa karuniakan hidayah, rahmah dan maghfirohnya kepada kita semua...amin

sholawat dan salam atas nabi dan semoga keselamatan bagi hamba-hamba yang sholih! (amin)

saudara sekalian, dalam Q.S.2 ; 30, Allah menyampaikan kepada kita betapa tujuan manusia di muka bumi adalah sebagai kholifah! walaupun malaikat keberatan atas hal ini, namun Allah tetap dengan kehendakn-Nya, karena Allah lebih mengetahui atas apa-apa yang malaikat tidak ketahui.

selanjutnya, Q.S. :31, Allah mengajarkan kepada adam nama-nama setiap benda (sebagai bekal menjadi kholifah di muka bumi)sehingga adam mengetahui nama-nama benda yang sebelumnya ia tak tahu!
hikmah ayat ini adalah :
sesungguhnya semua kegiatan menuntut ilmu (baik formal maupun informal) tidak lepas dari tujuan agar kita mengetahui nama-nama. Sebaliknya, tanda-tanda orang berilmu adalah ketika ia mampu menyebut nama-nama (disertai memahami maknanya). semakin banyak ia bisa menyebut nama-nama maka ia dianggap semakin tinggi ilmunya.

karena ilmu berupa kemampuan untuk menyebut nama-nama inilah adam dimuliakan oleh Allah bahkan Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada adam, kemudian malaikat pun bersujud kepadanya kecuali iblis (sebutan untuk malaikat yang membangkang/ tidak mau sujud kepada adam). maka iblis ini Allah golongkan ke dalam golongan orang-orang kafir (Q.S. 2:34)

kemudian di ayat berikutnya (Q.S. 2:35), Allah mempersilahkan adam untuk tinggal di syurga bersama pasangannya (hawa) dan menikmati semua fasilitas kenikmatan yang ada di dalamnya, kecuali mendekati suatu pohon tertentu ( yang kemudian Allah jelaskan di dalam Q.S. 20 : 120 sebagai pohon keabadian (khuldi) ).

ketika mengetahui bahwa ada larangan bagi adam dan hawa untuk mendekati pohon khuldi maka iblis yang telah memiliki rasa benci dan dendam kepada adam (karena adam, iblis dilaknat Allah, dikeluarkan dari syurga dan bakal dimasukkan ke neraka)
berusaha dengan berbagai cara untuk menjerumuskan adam dan hawa agar melanggar larangan Allah SWT tersebut.

maka, dicarilah kelemehan adam dan akhirnya ia mendapati bahwa adam sangat mencintai istrinya. selanjutnya, iblis mempengaruhi hawa agar hawa mau membujuk adam untuk melanggar larangan allah. singkat kisah, akhirnya adam menuruti permintaan hawa yang sudah terpedaya bujuk rayu setan (jika mau memakan buah dari pohon khuldi, maka mereka akan kekal di syurga).
begitu mereka (adam dan hawa) memakan buah khuldi, maka serta merta tersingkaplah aurat keduanya. Allah murka kepada keduanya dan memerintahkan mereka keluar dari syurga dan turun ke bumi.

hikmah yang bisa kita ambil dari kisah adam dan hawa ini:
1. bimbinglah para wanita :
pihak yang pertama kali tertipu oleh bujuk rayu iblis adalah wanita (hawa). oleh karena itulah ada riwayat yang mengatakan bahwa baik-buruknya suatu masyarakat/ bangsa/ keluarga dapat dilihat dari kualitas keimanan dan ketaqwaan wanita-wanita yang ada di dalamnya.
Riwayat yang lain, ketika rasul isa' mi'raj, rosul melihat bahwa kebanyakan isi neraka adalah wanita.

2. Janganlah mencintai wanita secara berlebihan:
adam tak kuasa menolak permintaan hawa yang sangat dicintainya bahkan berakibat pada perbuatan yang melanggar larangan Allah SWT yang menciptakannya. maka sampai hari ini, berapa banyak suami yang tak kuasa menolak kemauan istri dan tak jarang sampai suami harus melanggar larangan Allah demi istri. hati-hatilah dengan istri kita, karena sering kali istri (keluarga) menjadi pintu masuk iblis untuk menggoda kita.

3. Perhatikanlah cara kita mendapatkan rizki khususnya makanan/ minuman/ buah-buahan dsb;
terbukti karena melanggar larangan memakan buah akhirnya adam dan hawa harus dikeluarkan dari syurga. agama mengajarkan konsep halalan thoyyiban

4. hikmah yang terpenting, karena ilmu, manusia dimuliakan namun hawa nafsu bisa merusak bahkan menghilangkan semuanya (ilmu dan kemuliaan);
ilmu yang ada pada adam (yang membuatnya dimuliakan Allah bahkan malaikat sujud kepadanya karena kelebihan ilmu yang dimilikinya) tidak bisa membuatnya selamat dari tipu daya iblis. Ini karena adam telah mengikuti hawa nafsunya. akhirnya, jadilah ia hina karenanya. oleh karena itu, kendalikanlah hawa nafsumu dengan iman, ilmu dan amal sholehmu, jika tidak maka hawa nafsumu yang akan menghilangkan ilmu dan akal sehatmu sehingga rusaklah iman dan amalmu..!!! (na'udzubillahi min dzaalik)

Wallaahu a'lam!
semoga bermanfaat

Assalaamu'alaikum wr.wb.

Kamis, 29 April 2010

Kesholehan Personal Hendaknya Melahirkan Kesholihan Sosial

"Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. Al-Hajj: 77)
Ayat ini merupakan ayat kedua terakhir dari surah yang unik dan istimewa, surah al-Hajj. Dikatakan surah yang unik karena sebagian ulama tafsir menggolongkan surah ini ke dalam kategori surah Makkiyah, namun sebagian yang lain justru sebaliknya menggolongkannya ke dalam kategori surah Madaniyah. Surah ini juga unik karena di dalamnya ada dua ayat sajdah, yaitu ayat 18 dan ayat ini seperti yang di pahami dari sebuah riwayat dari Uqbah bin Amir:
”Keutamaan surah al-Hajj karena terdapat dua ayat sajdah padanya. Barangsiapa yang tidak bersujud pada keduanya, janganlah ia membaca surah ini.” (HR. at-Tarmidzi dan Abu Dawud)
Ayat ini menggambarkan secara ringkas manhaj Allah SWT untuk manusia dan beban taklif bagi mereka agar mendapatkan keselamatan dan kemenangan. Ia di awali dengan perintah untuk rukuk dan sujud yang merupakan gambaran gerakan shalat yang tampak dan jelas, dilanjutkan dengan perintah untuk beribadah secara umum yang meliputi segala gerakan, amal dan pikiran yang di tujukan hanya kepada Allah SWT sehingga segala aktivitas manusia bisa beralih menjadi ibadah bila hati ditujukan hanya kepada Allah SWT bahkan Kenikmatan-kenikmatan dari kelezatan hidup dunia yang dirasakannya dapat bernilai ibadah yang di tulis sebagai pahala amal baik .
Ayat ini di tutup dengan perintah berbuat baik secara umum dalam hubungan horizontal dengan manusia setelah perintah untuk membangun hubungan vertikal dengan Allah SWT, dalam shalat dan ibadah lainnya. Oleh sebab itu, perintah ibadah dimaksudkan agar umat Islam selalu terhubung dengan Allah SWT sehingga kehidupan berdiri di atas fondasi yang kukuh dan jalur yang dapat membawa kepada-Nya. Sedangkan perintah untuk melakukan kebaikan, dapat membangkitkan kehidupan yang istiqamah dan kehidupan masyarakat yang penuh dengan suasana kasih sayang.
Perintah ini dipertegas kembali di akhir surah al-Hajj, bahwa umat Islam akan mampu mempertahankan eksistensinya sebagai umat pilihan dan sebagai saksi atas umat yang lain manakala mampu membina hubungan baik dengan Allah SWT dan membina hubungan baik sesama manusia:
”Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (AL-Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, Dialah sebaik-baik pelindung dan Sebaik-baik penolong.” (QS. al-Hajj:78)
Pada ayat di atas, Allah SWT memberi perintah kepada orang beriman agar mampu membangun kesalehan personal dan sosial secara bersamaan agar senantiasa dalam kemenangan, rukuk dan sujud merupakan cermin tertinggi dari pengabdian seseorang kepada Allah SWT, sedang ”berbuatlah kebaikan” merupakan indikasi kesalehan sosial.
Secara redaksional dalam urutan perintah ayat di atas, ternyata Allah SWT mendahulukan kesalehan personal dari kesalehan sosial. Ini berarti bahwa untuk membangun kesalehan sosial, harus dimulai dengan kesalehan personal. Atau kesalehan personal akan memberikan kekuatan untuk saleh juga secara sosial. Bahkan seluruh perintah beribadah kepada Allah SWT dimaksudkan agar lahir darinya kesalehan sosial, seperti shalat misalnya, bagaimana ia bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar:
“Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar.” (QS. Al Ankabut : 45)
Kisah yang diabadikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya bagaimana seorang wanita yang saleh secara personal yang diwujudkan dengan ibadah shalat, puasa dan ibadah mahdhah lainnya namun ternyata Rasulullah SAW menyatakan bahwa ia dalam neraka. Karena ternyata kesalehan itu tidak membawanya menuju kesalehan sosial, bahkan ia cenderung tidak mampu menjaga lisannya dari tidak melukai hati orang lain.
Dalam tataran tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, terdapat beberapa hubungan dan korelasi (munasabah) yang sangat erat antara kesalehan personal dan sosial dengan nilai-nilai mulia dari ajaran Islam. Untuk menggapai predikat ihsan misalnya, seseorang dituntut untuk mampu sholeh secara individu dan sosial yang diwakili dengan shalat malam dan berinfak,
“Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS. Adz-Dzariyat : 16-19)
Ibnu Asyur mengomentari ayat ini dengan menjelaskan bahwa dua bentuk amal inilah yang sangat berat untuk dilakukan karena: pertama, bangun malam merupakan sesuatu yang sangat berat karena mengganggu istirahat seseorang. Padahal amal itu merupakan amal yang paling utama untuk membangun kesalehan personal seseorang. Kedua, amal yang melibatkan harta terkadang sangat sukar untuk dipenuhi karena manusia pada dasarnya memiliki sifat kikir dengan sangat mencintai hartanya. Di sinilah Allah SWT menguji kesalehan sosial seseorang dengan memintanya untuk mengeluarkan sebagian harta untuk mereka yang membutuhkan.
Nilai lain yang terkait dengan dua kesalehan ini, adalah sebab utama yang paling banyak menjerumuskan seseorang ke dalam neraka karena tidak mampu membentengi diri dengan dua kesalehan tersebut, seperti pernyataan jujur penghuni neraka yang diabadikan Allah SWT dalam firman-Nya,
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab, ’Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak pula memberi makan orang miskin dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya.” (QS. Al-Mudatsir : 42-45)
Resep agar tidak bersifat keluh kesah lagi kikir juga sangat terkait dengan kemampuan seseorang membangun dalam dirinya dua kesalehan tersebut secara simultan. Allah SWT memberi jaminan,
“Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang miskin yang meminta dan orang yang tidak memiliki apa-apa (yang tidak mau meminta).” (QS. Al-Ma’arij : 22-25)
Berapa banyak dari umat ini yang hanya mementingkan saleh secara sosial tapi lupa akan hubungan baik dengan Allah SWT. Sebaliknya, banyak juga yang saleh secara personal namun ketika berhadapan dengan sosial, ia larut dan tidak mampu membangun kesalehan di tengah-tengah mereka. Sungguh umat ini sangat membutuhkan kehadiran komunitas yang saleh secara personal, dalam arti mampu menjaga hubungan baik dengan Allah SWT. Saleh secara sosial dalam arti mampu memelihara hubungan baik dan memberi kebaikan dan manfaat yang besar bagi kemanusiaan. (Allahu a’lam)

Kamis, 01 April 2010

karena kita bersaudara

Assalaamu'alaikum wr.wb.,

Dalam sebuah hadist Rasul memberitahukan dan mewajibkan kita sekalian bahwa sesungguhnya sesama muslim itu adalah (harus/ wajib) bersaudara. dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa Sesama muslim adalah ibarat satu tubuh. serta dalam hadist yang lain Rasul pun bersabda "tidak beriman di antara kalian sehingga kalian mencintai saudara kalian sebagaimana kalian mencintai diri sendiri.

Ciri-ciri bahwa kita mencintai saudara kita adalah ketika hati kita menghendaki segala bentuk kebaikan ada pada saudara kita. Bagi saudara kita yang saat ini sedang dalam kesempitan, maka kita berharap dan berdoa smoga Allah segera melapangkannya. bagi saudara kita yang sedang dalam kesulitan, maka kita berdoa smoga Allah segera memudahkan urusannya dan semaksimal mungkin meringankan beban mereka.
Kita pun berharap dan berdoa agar Allah menyembuhkan saudara kita yang sedang sakit, menghibur mereka yang sedang berduka, memberikan makanan bagi saudara kita yang sedang kelaparan, dan bahkan memberikan mereka keamanan dan kemerdekaan serta kemenangan bagi saudara kita yang saat ini sedang merasa terancam karena ditindas, dijajah dan dianiaya oleh orang yang memusuhi dan membenci mereka karena mereka beriman kepada Allah SWT.

Maka sebaliknya, ketika di hati kita tidak ada kepedulian kepada saudara seiman (walaupun mereka sedang terancam jiwa, harta dan agamanya) maka sesungguhnya (sesuai hadist di atas) kita bukanlah orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya.
Lalu... kita beriman kepada siapa?
(Na'udzubillaahi min dzaalik)

Penulis mengajak kepada diri sendiri, keluarga dan Saudara semua, marilah kita peduli kepada saudara kita di daerah minus yang menjadi sasaran pemurtadan, saudara kita yang sedang ditimpa bencana alam, saudara kita yang lemah ilmu dan harta sehingga sangat mungkin membuat mereka lemah iman, bahkan saudara kita di mana saja mereka berada yang saat ini sedang dirampas harta bendanya kemudian diusir dari rumah dan tanah mereka sendiri, suami dan anak laki-laki mereka dibunuh dengan kejam di sana-sini.
Kasus di Irak, Kashmir, Cechnya, dan Palestina menjadi bukti...!
Pedulikah kita kepada mereka? jika tidak sama sekali... masih adakah iman di hati..???

Astaghfirullaahal adzim wa atuubu ilaih.

Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.

Minggu, 31 Januari 2010

2 tetesan dan 2 bekas yang paling dicintai Allah SWT...

Dalam sebuah hadist riwayat tirmidzi, 2 tetesan yang paling dicintai Allah adalah :
1. tetesan air mata karena takut kepada Allah
2. tetesan darah ketika jihad di jalan Allah

dan 2 bekas yang paling dicintai Allah adalah:
1. bekas luka karena jihad di jalan Allah
2. bekas langkah kaki ketika sungguh - sungguh melaksanakan dan menegakkan syariat Allah.

Wallaahu a'lam. smoga manfaat dan menjadi kebaikan.

Perkara terbesar dalam hidup...

Suatu pagi, ketika kuliah baru saja di mulai, seorang dosen meletakkan beberapa ember/ timba. 1 timba berisi 1 (satu) batu besar, 1 timba yang lain berisi kerikil, 1 timba yang lain lagi berisi pasir, 1 timba berisi air dan 1 ember (yang paling besar) dalam keadaan kosong.
kemudian sang dosen bertanya pada mahasiswanya, bagaimana kita bisa memenuhi ember yang kosong ini dengan beberapa material berupa batu besar, kerikil, pasir dan air dengan catatan tidak boleh tumpah. Maka setelah berpikir, beberapa mahasiswa berbeda pendapat. ada yang mulai dari kerikil baru pasir kemudian batu besar dan air. Ada yang mulai dari memasukkan pasir, kerikil kemudian air baru kemudian batu besar sehingga airnya pun tumpah. Dan ada seorang mahasiswa yang dengan tenang  memulai dengan meletakkan 1 batu besar, kemudian kerikil, baru pasir dan terakhir air sehingga ember kosong itu terisi penuh dengan sempurna.
Sang dosen Pun kemudian menjelaskan bahwa yang paling benar adalah yang terkahir ini.
Kemudian salah seorang mahasiswa bertanya, mohon bapak jelaskan kepada kami mengapa yang terakhir itu yang paling benar.
sang dosen pun menjelaskan :
" Saudara sekalian, sebenarnya ini adalah pelajaran hikmah,
ember kosong ini ibarat jatah usia kita, yang harus kita isi agar hidup kita bermakna  dan bernilai di sisi Allah SWT.
Maka yang pertama kita harus mengisinya dengan perkara yang utama dan terpenting ( yang diibaratkan batu besar ).
Tentu saja ember tidak akan terpenuhi hanya dengan batu besar sehingga untuk mengisi ruang - ruang kosong dalam ember perlu ditambah dengan kerikil (perkara penting tapi bukan yang terpenting).
Apakah ember tadi sudah penuh ketika telah diisi batu besar dan kerikil, tentu saja belum karena pasti masih ada ruang - ruang kosong disela-sela batu besar dan kerikil, sehingga perlu diisi dengan materi yang lebih kecil lagi yakni pasir.
Nah, apakah ember sudah penuh dengan sempurna, tentu saja belum. Oleh karena itu perlu ditambah air sehingga ember penuh dengan sempurna.

Begitulah seharusnya kita mengisi umur kita yang terbatas ini. isilah umurmu dengan perkara yang terpenting dulu ( yakni AGAMA / aqidah tauhid dan segala upaya agar istiqomah di dalamnya), baru kemudian perkara penting namun bukan yang terpenting (kerikil), perkara ringan / kecil (pasir) dan agar tidak jenuh kita butuh penyegar suasana dan penyempurna bahagia (air)."

Pastikan bahwa perkara terpenting hidup Anda adalah AQIDAH Anda (karena itu adalah bekal utama bagi kehidupan kita setelah kehidupan di dunia, baru kemudian Silahkan pilih perkara penting/ ringan/ kecil dan penyempurnanya (tentu saja yang tidak merusak Aqidah kita)!

Wallaahu a'lam. Subhaanakallaahumma wa bikhamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.